Profile

Annyeonghaseyo! Hello! Welcome to our blog. Read, enjoy, and don't forget to spread some good news about this blog. Visit our fan fictions' blog too (Find it on Links). Kamsahamnida!

Links


One Shoot FF - Love For A Heart

Aku melirik jam yang terpancang di sudut taman sekali lagi. Sudah 2 jam aku duduk dan menunggu pria itu disini.
“Dimana dia? Tidak seperti biasanya membuatku menunggu selama ini”, aku menggeleng.
Tak lama kemudian kulihat seseorang melambai sambil berlari ke arahku.
“Chagiya, mianhe. Jeongmal mianhe..”
“Donghae!! Sekarang sudah jam berapa?!” Aku memasang wajah berlipat.
Donghae tersenyum lalu memelukku,”Mianhe. Mau kan kamu memaafkanku?”
Aku mendongak sedikit dan mendapat sorotan lembut dari dua bola mata kekasihku. Aku pun luluh dan mengangguk pelan.
Donghae tertawa kecil lalu mencium puncak kepalaku. Ditariknya tanganku masuk ke dalam kafe terdekat dan sedetik kemudian kami sudah mengobrol dengan seru.

****

“Cha Kyong! Heiii!”
Aku menoleh dan melihat Rae Min di kejauhan.”Nee!”
“Hhaahh..”, Rae Min mengelus-elus dadanya sehabis berlari, “Jadi,kapan pernikahanmu dengan Donghae diadakan?”
Aku menggeleng. “Aku tidak tahu. Donghae akhir-akhir ini aneh sekali. Dia seperti menyembunyikan sesuatu!”. Kurasakan tanganku gemetar.
“Sudah kau coba tanyakan alasannya?”
“Emm.. Tapi katanya nanti aku akan mengetahui dengan sendirinya”
Rae Min mengusap-usap poninya, bibirnya bergerak-gerak tanda ia sedang berpikir.
“Aku takut..”, Kataku saat hening diantara kami, “Aku takut dia selingkuh Rae Min-na”
Kulihat mata Rae Min yang membulat saat aku mengatakan itu. Sejurus kemudian gadis itu menggeleng.
“Tapi itu tidak mungkin! Kalian hampir menikah dan itu tidak mungkin!” Protesnya keras.
“Semua mungkin!” Balasku tak kalah keras.
Setelah berteriak kurasakan mataku memanas. Seiiring dengan isakanku, pelukan hangat dari Rae Min menangkapku. Benarkah Donghae tega melakukan hal itu?

****
-piiiiiipppp.. the number you’re calling is not act..- BIP!
Kuputuskan sambungan itu dengan kasar dan kulempar handphoneku ke atas tempat tidur.
“Dimana dia?!” Teriakku histeris. Sepertinya akhir-akhir ini aku sering sekali bertanya dimana Donghae berada.
Kuacak rambutku dan kukulum segala teriakan yang hampir keluar. Tiba-tiba pintu kamarku terbuka dengan kasar dan wajah Eunhyuk oppa muncul dengan tongkat bisbol.
“Ituu.. Tadi.. Kenapa kamu teriak?” Oppa bertanya malu saat melihatku tertawa terbahak-bahak.
“Ah Oppa.. Tidak apa-apa..” Aku tersenyum dan memeluknya erat.
Oppa memandangku khawatir namun langsung kudorong keluar dari kamarku. Setelah kukunci pintu, keadaan kembali seperti tadi. Hening. Dimana Donghae?

****

Malamnya Donghae datang dengan bunga dan kotak mungil berisi kalung. Ia begitu memelas memintaku memaafkannya karena tidak ada kabar satu hari penuh. Tapi karena sudah terlalu kesal, bukannya menerima aku malah membanting pintu di hadapannya. Setelah deru mobilnya menghilang bersamaan dengan timbulnya rasa bersalahku, ada sesuatu yang mengganjal. Tadi.. Wajahnya.. Pucat?

****

Hari Minggu ini kuputuskan untuk berjalan-jalan sendirian di taman. Menikmati daun-daun yang gugur, bunga-bunga yang bersemi, keluarga yang tampak bahagia dan pasangan yang lalu lalang. Pasangan? Hah?! Buru-buru kupalingkan pandanganku ke seberang jalan dimana seorang pria dan wanita sedang mengobrol. Dengan santainya wanita itu mencubit pipi atau mengacak rambut pria di sebelahnya. Kusipitkan mataku untuk memperjelas dan hampir pingsan. Itu Donghae! Tidak salah lagi itu Donghae! Berani sekali dia selingkuh di saat seperti ini! Kuhentakkan kakiku pergi dari taman dengan perasaan campur aduk antara marah, kesal, sedih, bimbang, kecewa dan takut.

****

Seminggu lebih sudah kuputuskan komunikasi antara aku dengan Donghae. Berulang kali ia menelpon atau mengirim pesan singkat ke handphoneku, handphone Rae Min, bahkan handphone Oppa. Tetapi dengan tegas kutolak semuanya. Pernah suatu kali aku hampir membatalkan pernikahan kami, namun dengan halus Oppa memintaku untuk memikirkannya baik-baik.
Ah, betapa rindu aku dengannya selama seminggu terakhir. Betapa rindunya aku dengan senyum, tatapan mata dan kebaikan Donghae. Apakah aku terlalu egois? Mungkin Donghae memiliki alasan yang jelas untuk selingkuh. Bisa saja dia melakukan itu karena aku menyebalkan atau semacamnya. Yang pasti, aku ingin melihatnya sekarang.

****

Sekali lagi! Kulihat dia berjalan bersama wanita cantik itu lagi! Niat ingin memaafkannya seakan menguap melihat itu dan diganti dengan amarah yang lebih besar. Kemana semua kata cintamu itu?!

****

Hari ini aku lari dari rumah. Ku bawa barang-barangku seperlunya dan pergi ke luar kota, ke pantai tempat aku berlari disaat ada masalah. Setelah menyewa kamar di sebuah villa, aku berjalan ke pantai dan menulis dengan jariku. DONGHAE-CHA KYONG. Rasanya sakit sekali. Seakan-akan tulisan itu juga terpatri di hatiku. Dengan cepat kuhapus tulisan itu dengan kakiku dan kuusap air mataku. Lupakanlah Cha Kyong, cari yang lebih baik darinya. Sayangnya tidak ada satupun yang lebih baik dari dia..

****

Aku tidak tahu sudah berapa lama aku di villa ini. Aku merasa sudah di rumah. Orang-orang disini sangat ramah dan aku bisa melupakan sedikit masalahku. Tiba-tiba aku teringat handphoneku yang terjepit di dalam koper. Kuambil dan segera kuaktifkan. Mataku membesar melihat “1027 new messages, 589 missed call”. Kulihat nomor-nomor Oppa, appa dan umma, Rae Min, dan Donghae. Kubuka pesan-pesan dari Oppa, orangtuaku dan Rae Min lalu kuhapus untuk mengosongkan inbox. Isinya hampir sama. “Kamu dimana?”, “Hubungi kami segera!”, “Cha Kyong kembalilah!”, hampir semuanya seperti itu. Setelah membaca dan menghapus hingga ibu jariku pegal, baru kusadari pesan dari Donghae hanya 3 dan missed callnya hanya 7! Dengan sebal kujejalkan handphoneku ke dalam saku celana dan berjalan ke pantai lagi.

****

Rasa penasaran membuatku membaca pesan-pesan dari Donghae. Tangisku hampir pecah membacanya.

From: Chagiya
Kamu dimana? Aku rindu sekali padamu. Apa salahku? Aku butuh dirimu Park Cha Kyong.

From: Chagiya
Cha Kyong, mungkin selama ini aku membuatmu kesal. Aku tidak seperti yang kamu inginkan untuk menjadi pendampingmu. Aku cuma ingin kau mengerti kalau aku mencintaimu.

From: Chagiya
Aku mencintaimu, selalu dan tidak berubah.

Kuremas pasir didepanku. Kuteriakkan semua kekesalanku ke laut. Kenapa hal bisa jadi begitu rumit seperti ini?

****

Jantungku.. Kanker jantungku sepertinya kambuh. Tadi siang Oppa menemukanku tepat sebelum aku ambruk. Terima kasih Oppa..

****

Saat bangun yang kulihat hanyalah langit-langit putih dan ahli medis yang berdenting-denting disebelahku. Samar-samar kudengar orang bercakap-cakap. Untaian kalimat yang membuatku terkesiap mengeluarkan keringat dingin.
“Umurnya 48 jam. Kita harus mencari jantung baru”
“Tapi tidak ada pasokan jantung. Bagaimana?”
“Relakan dia. Tapi tetap usahakan yang terbaik untuknya”
Ingin rasanya aku menangis. Tapi mataku terasa kaku seperti tubuhku. Dengan pasrah kupejamkan mataku.

****

Berapa lama aku terbaring? Pasti sangatlah lama. Kuintip sisi tempat tidurku dan mendapati Oppa tidur menelungkup disana. Kubayangkan jika aku pergi nanti. Apakah akan ada yang menangisiku? Apakah ada yang merindukanku? Bagaimana dunia setelah hidup itu? Semua bayangan berkecamuk di benakku. Tiba-tiba lampu kamarku menyala terang dengan suara ribut orang-orang. Yang kudengar kemudian hanyalah..
“JANTUNG BARU DATANG!”
Ahli-ahli medis segera mengerubungiku. Entah apa yang mereka lakukan tapi tak lama kemudian aku sudah berada di taman bunga.

****

“No.. Non.. Naa.. Nona.. Nona Cha K.. Nona Cha Kyong!”
Kudengar sayup-sayup orang memanggilku. “Ya?” Jawabku lemah.
Terdengar helaan bahagia dari semua orang disana.
“Kau selamat dari kematianmu nak. Berterima kasihlah untuk donatur jantungmu. Sekarang kau bisa hidup lebih lama dari umurmu yang akan berhenti kemarin”, seorang dokter tersenyum menepuk bahuku.
“Ah.. itu..”, Aku tiba-tiba menjadi gugup,”Siapa dia?”
Dokter di hadapanku tersenyum, “Donaturmu meminta kau menemuinya sendiri”
Aku mengangguk. Hatiku menjerit-jerit ingin bertemu sang penyelamatku. Aneh.

****

Ada yang mengganjal. Detakan jantung ini begitu halus dan menenangkan. Begitu lembut dan penuh sayang. Atau mungkin perasaanku saja ya?

****

Dua hari kemudian aku sudah keluar dari rumah sakit dan mendatangi donaturku. Aku semakin gugup ketika mobil berhenti di sebuah pemakaman. Kata Oppa, donaturku meminta aku sendiri yang mendatanginya. Dengan gemetar aku berjalan ke tempat peristirahatan terakhir penyelamatku yang ditunjukkan Oppa. Aku berdiri kaku saat melihat nama yang terukir di batu nisan itu.

LEE DONGHAE

“Ini bohong kan?” Aku terduduk sambil mengusap nama Donghae dengan airmata yang terus mengalir.
“Setelah apa yang kuperbuat kepadamu kamu masih mau memberiku barang berharga?”
Kulihat Oppa datang. Ia menyodorkan sepucuk surat dan kembali ke mobil. Kubuka surat itu dan semakin ingin berteriak.

Hai Chagiya,
Bagaimana jantung barumu? Apakah menyenangkan? Mianhe, aku tidak punya jantung yang keren, haha. Setidaknya itu bisa membuatmu tetap hidup dan bahagia. Maukah kamu memaafkanku? Sekali ini saja. Peluk dan ciumlah aku untuk terakhir kalinya. Terima kasih telah menjadi bidadariku. Terima kasih telah menerima aku untuk jadi pasanganmu. Terima kasih kau telah memberiku kebahagiaan. terima kasih kau sudah mengajariku tentang cinta. Maaf aku membuatmu menangis. Maaf aku membuatmu kecewa. Maaf aku membuatmu tertekan. Maaf aku tidak bisa jadi kekasih yang baik untukmu. Aku selalu ada untukmu. Aku mencintaimu, sekarang, mudah-mudahan sampai nanti.
-Donghae-

Kurengkuh nisannya dan kucium namanya. Kulipat surat dari Donghae dan kubersihkan pasir dia atas makamnya. Terima kasih chagiya..

****

Aku baru tahu kalau yang Donghae sembunyikan adalah pekerjaan tambahannya untuk membuat pernikahan kami lebih mewah dan spektakuler. Pantas saja ia pucat karena terlalu lelah. Aku baru tahu kalau wanita yang bersamanya saat itu adalah kakaknya. Aku baru tahu kalau Donghae mengalami kecelakaan saat ingin mendatangiku di rumah sakit dari luar kota. Sebelum ia meninggal, dengan badannya yang rapuh itu ia menulis surat itu. Apa balasanku untuknya?

****

Sudah 6 tahun berlalu. Ini akhir dari kemampuan jantung Donghae. Saat dokter sibuk disampingku, aku hanya diam dengan tenang. Pasrah, menunggu apa yang akan terjadi. Saat ini aku tidak mengharapkan donatur lain. Sedetik kemudian yang kudengar hanyalah tangis yang menggelegar dan bunyi peralatan. Saat kurasakan diriku mengambang, sebuah tangan yang hangat menarikku. Dan saat kubuka mata, Donghae sudah menciumku dan menenggelamkanku dalam pelukannya.

****

A heart of a person will never lie. Especially for love who has give such wonderful things to it. A heart never regret for a love and love never regret caught by a heart.
-Lee Donghae+ Park Cha Kyong

Label: ,


I-C-H-A @ Minggu, 01 Agustus 2010 06.28