Profile

Annyeonghaseyo! Hello! Welcome to our blog. Read, enjoy, and don't forget to spread some good news about this blog. Visit our fan fictions' blog too (Find it on Links). Kamsahamnida!

Links


One Shoot FF - My Love

Eunhyuk memandang Yunda dengan bingung. Sudah seminggu gadis itu menghindarinya. Tiap Eunhyuk menyapanya, Yunda langsung pergi begitu saja. Telpon atau pesan juga tidak dibalas. Tatapan Yunda selalu sama setiap kali memandangnya, dingin dan menyayat. Yunda seakan ingin melampiaskan sesuatu dari hatinya. Eunhyuk menghela napas. Dipandangi sepatu yang dipakainya dengan lesu.
“Hyuk! Kenapa?” Tiba-tiba sebuah suara mengagetkan Eunhyuk. Eunhyuk mendongak, melihat wajah Yesung yang tersenyum.
“Aah.. Tidak ada apa-apa..” Jawabnya singkat.
Yesung mengangkat alisnya. “Pacarmu ya? Yunda kenapa?”
Eunhyuk terdiam selama beberapa saat. Matanya menatap dinding dengan pandangan kosong. “Aku.. Tidak tahu.. Apa salahku? Rasanya sepi sekali tidak ada suaranya..”
Yesung hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya. Bel berdering menandakan kelas akan segera dimulai. Yesung langsung menarik tangan Eunhyuk yang terkulai di samping badannya.
****
Yunda menempelkan dahinya di atas tumpukan buku. Air matanya siap menetes lagi ketika kejadian itu terbayang di benaknya lagi. Yunda mengusap kelopak matanya keras-keras berusaha menekan masuk semua air di pelupuk matanya. Ditariknya napas dalam-dalam lalu ia melangkah keluar kelas dengan perasaan gamang.
Biasanya, saat jam istirahat seperti saat ini, Yunda selalu berkumpul bersama sahabat-sahabatnya. Mengobrol, kadang sambil mengerjakan tugas. Biasanya juga, Yunda bersama Eunhyuk. Entah berjalan mengitari koridor, atau sekedar duduk-duduk di atap sekolah. Betapa rindu ia dengan Eunhyuk. Suaranya yang aneh dengan senyumnya yang berbeda. Yunda menyusun dedaunan kering dihadapannya membantuk hati dengan huruf E ditengahnya. Gadis itu termenung sejenak. Tanpa disadari tangan Yunda menggores tanah di depannya menulis kata “EUNDA”. Tapi tulisan itu tak bertahan lama karena langsung terhapus. Yunda memperhatikan telapak tangannya yang lecet dan ada beberapa bagian yang berdarah karena menghapus tanah yang penuh dengan kerikil tajam. Sakit, namun tidak seberapa dengan sakit di hatinya.
“Chagiya!” Seseorang menyambar tangannya.
Yunda mendongak. Di atas kepalanya, Eunhyuk sedang mengusap telapak tangan Yunda dengan khawatir. Eunhyuk langsung panik ketika melihat air mata berlinangan di pipi Yunda. Diusapnya sebutir air mata dan dibelainya rambut Yunda. Namun dengan kasar gadis dihadapannya menepis bantuan. Yunda langsung berdiri, menghapus air matanya dengan buru-buru dan bersiap pergi. Eunhyuk langsung menarik tangan Yunda sehingga langsung menghadap wajahnya.
“Apa salahku..?” Tanya Eunhyuk lirih. Yunda tidak menjawab. Pandangannya tetap sinis dan dingin.
“Chagiya…”
“JANGAN PANGGIL AKU SEPERTI ITU!” Bentak Yunda kasar. Dihentakkannya genggaman Eunhyuk dan berlari menjauh.
Eunhyuk terdiam. Memandangi tangannya yang terkena tetesan darah Yunda. Tiba-tiba matanya menangkap sesuatu. Daun-daun yang menguning dibentuk rapi. Matanya memperhatikan dengan teliti. Setelah agak lama, senyum terkembang di wajahnya.
“Dia masih sayang aku..” Eunhyuk mengusap telapak tangan ke celana lalu berjalan ke arah Yunda pergi. Meninggalkan dedaunan hati dengan inisial namanya di tengah tanah.
****
Keesokan harinya, keadaan tetap tidak membaik. Yunda justru semakin dingin. Tidak ada niat sekalipun untuk menyapa bahkan memandang Eunhyuk.
“Kamu benar-benar masih pacaran dengan Yunda?” Tanya Yesung ragu. Eunhyuk langsung melayangkan sebuah jitakan ke kepala Yesung.
“Masih!” Tukas Eunhyuk.
Yesung meringis sambil mengelus kepalanya yang berdenyut. “Tapi kalian sama-sama diam”
Eunhyuk menunduk. Memandang jemarinya yang seling bersilangan. “Ya, hanya break sebentar. Mungkin dia perlu waktu untuk memikirkan sesuatu”. Suara Eunhyuk melemah.
Yesung menopang dagunya seraya memandang Eunhyuk. “Kamu ini lamban ya”
“Lamban? Lamban kenapa?” Tanya Eunhyuk bingung.
“Kalau dia sudah terlalu cuek, berarti dia jatuh cinta dengan yang lain” Jelas Yesung pasti.
Jantung Eunhyuk berdegup kencang. Benarkah? Benarkah gadis yang disayanginya sudah memilih orang lain? Setega itukah Yunda? Aahh… Seharusnya aku tidak boleh percaya yang dikatakan Yesung. Tapi.. Benarkah? Eunhyuk bertanya-tanya dalam hati. Eunhyuk tidak sadar, Yunda memandangnya sayu dari kejauhan.
****
Yunda duduk di taman sekolah, di tempat yang sama seperti kemarin. Pandangannya menatap bunga-bunga yang sedang mekar dengan nanar. Sebuah pelukan langsung datang tiba-tiba. Kerongkongan Yunda langsung tercekat. Diliriknya kebelakang dan mendapati wajah Eunhyuk yang terbenam dalam bahunya. Yunda berusaha keras untuk lari. Tapi semakin ia mencoba, semakin kuat pelukan Eunhyuk.
“Le-pas-kan..” Perintah Yunda terputus-putus karena menahan tangis.
“Tidak akan sebelum kamu memberitahu apa salahku. Aku benar-benar rindu padamu! Aku ingin bersamamu lagi. Seminggu saja.. Hari-hariku terasa berat tanpa tawamu…”
Hening. Yang terdengar hanya isakan Yunda.
“Chagiya..” Panggil Eunhyuk lembut.
“Aku.. Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi.. Apa yang harus aku lakuakan agar kamu melihatku Hyuk? Apa yang harus aku lakukan agar kamu hanya melihatku? Aku tahu ini egois, tapi tolong lupakanlah dia.. Apa itu terlalu sulit untukmu? Kalau benar, lebih baik kita hentikan saja hubungan kita..” Suara Yunda yang parau memecah sepi.
Eunhyuk mengangkat kepalanya, “Apa maksudmu?”
“Dua minggu yang lalu, aku melihatmu dengan Ga In.. Tampaknya wajahmu bahagia sekali dengannya. Walaupun bukan aku yang digandeng, rasanya genggamanmu pada tangannya terasa hangat sekali. Walaupun sakit, aku hampir menyepelekan hal itu ketika akhirnya aku melihat daftar telpon dan pesanmu.. Song Ga In-Song Ga In- Song Ga In, disela-selanya pesan dariku. Barulah aku sadar, mungkin aku hanya pelampiasanmu..”. Eunhyuk merasakan air mata jatuh di punggung tangannya.
Eunhyuk langsung berpindah posisi ke depan Yunda. Menangkupkan tangannya di atas tangan gadis itu dan memandang langsung ke matanya.
“Baiklah, aku akan mengatakan yang sebenarnya. Dua minggu yang lalu, seperti yang kamu lihat, aku memang pergi keluar bersama Ga In. Dialah yang mengajakku duluan, katanya, sekedar pertemuan biasa untuk mencairkan keadaan setelah kami putus. Aku mengenggam tangannya juga sebagai rasa pertemanan saja, tidak lebih. Ugh, bodohnya aku. Kenapa menggandeng tangan orang lain selain tanganmu ya? Lalu, pesan-pesan di handphoneku itu. Ga In mengajakku untuk menjadi pacarnya lagi, dia tidak tahu aku sudah memilikimu. Tapi Ga In tetap memaksa. Dan hasilnya bisa kamu lihat, inboxku penuh dengan kalimat-kalimat memelasnya yang menyebalkan”. Yunda tertawa kecil mendengar komentar lawan bicaranya.
Eunhyuk tersenyum.”Untuk apa aku melihat orang lain kalau aku sudah punya kamu? Gadis yang cantik, baik,pintar dan menyenangkan seperti ini, untuk apa ditinggalkan? Aku adalah orang yang sangat bodoh kalau melakukan hal itu. Bisakah kamu membayangkan perasaanku melihatmu dengan orang lain? Mm.. Aku terlalu takut untuk membayangkannya apalagi mengalaminya. Ga In hanya mantanku. Aku bahkan tidak menganggapnya lagi. Di mataku hanya ada dirimu. Dari dulu aku hanya melihatmu”. Eunhyuk mengusap pipi Yunda yang lembab.
Yunda menyunggingkan senyum lega. Matanya berbinar dan pipinya bersemu.
“Gomawo” Yunda mencium pipi Eunhyuk lalu berdiri.
Eunhyuk tertawa lalu merangkul gadis di sampingnya. “Kembali ke kelas?”
Yunda mengangguk riang. Mereka berjalan sambil tertawa ceria sepanjang perjalanan kembali ke kelas.
Tiba-tiba Eunhyuk mencium bibir Yunda dengan lembut, “Chagiya”

Label: ,


I-C-H-A @ Minggu, 01 Agustus 2010 06.25