Profile Annyeonghaseyo! Hello! Welcome to our blog. Read, enjoy, and don't forget to spread some good news about this blog. Visit our fan fictions' blog too (Find it on Links). Kamsahamnida! Links Tell Us More :) Archives
We Have A New BLog! :)
Super Junior Ttok Ttok
2NE1 Comeback
Super Junior Circus Group
Penampilan SJ di SS3
New Song From SJ Trot
List Countries For SS3
Super Junior Here We Go
Super Junior Good Person
Vocal Ranking in Super Junior
Super Junior One Fine Spring Day
Super Junior In My Dream
Super Junior Shake It Up
Super Junior My All Is In You
Super Junior My Only Girl
Super Junior Your Eyes
Super Junior Coagulation
Super Junior Boom Boom
Super Junior Bonamana
100 Most Handsome Man In Asia
BoA's 6th Album
Super Junior No Other
Authors Credits |
One Shoot FF - Golden March Suci berjalan tak tentu arah di koridor sekolah. Baru saja ia dimarahi karena tidak eksis di setiap klub yang diikutinya. Wajar saja, Suci mengikuti klub-klub itu karena kewajiban peraturan sekolahnya, bukan karena keinginannya. Ia pun mengisi formulir registrasi klub pilihan dengan asal, tidak tahu klub mana yang telah dipilihnya di kertas itu. Suci berhenti di depan ruang musik karena mendengar sesuatu. Didengarnya baik-baik suara yang membuatnya berhenti. Suara piano, mengalun ringan dengan sempurna. Diintipnya ke dalam ruangan dan mendapati seorang murid laki-laki duduk tenang dengan jemari menari diatas tuts-tuts. Jantungnya berdegup kencang. Seakan terhipnotis, Suci terus menekan pintu ruang musik untuk melihat lebih jelas. Sayang, pintu itu tidak memihak padanya sehingga menjeblak terbuka dan Suci jatuh terjerembab ke dalam ruangan. Murid yang tadi hanya memandangnya dengan senyum senang sedangkan Suci tersenyum aneh karena malu.
“Mau masuk klub musik ya?” Tanya cowok itu semangat. “Hah? Klub apa? Klub musik? Memang ada ya?” Suci bangkit dari tengkurapnya. “Tentu saja ada! Di formulir registrasi kan sudah tertulis jelas” Kata murid itu lagi. Suci tersipu gugup. Dia kan tidak membaca satupun nama klub-klub di kertas itu! “Ah-oh, iya ya? Umh..” “Jadi, kau mau masuk?” Suci berpikir sejenak. Daripada dikejar guru itu terus, lebih baik cari penyelamat yang gampang! Apa susahnya sih menekan-nekan alat itu. “Baiklah” “Selamat datang di klub musik! Namaku Ryeowook, kelas 11. Biasa dipanggil Ryeo atau Wookie. Aku adalah ketua klub ini. Salam kenal” Kata Ryeo. “Aku Suci, kelas 11. Ya, salam kenal juga” Balas Suci. “Kamu di part mana?” Tanya Ryeo kemudian. “Part?” Suci memandang Ryeo polos. “Alat musik seperti apa itu?” Ryeo memperhatikan Suci lama-lama dengan mata yang terbelalak kaget. “Jangan-jangan kamu amatir?!” Suci mengangguk ringan. Ryeo langsung mendorongnya kearah pintu keluar. “Selamat tinggal” Itu kata terakhir yang diucapkan Ryeo sebelum menutup pintu ruang musik. “Hei bibir maju! Kenapa aku diusir?!” Suci membuka pintu dengan kasar. Amarahnya sudah mencapai ubun-ubun. Enak saja menendang orang keluar setelah semenit berkenalan! “Kami tidak butuh amatir! Perlombaan sebentar lagi dan kami tidak ada waktu untuk melatih kacang yang dengan bodohnya menganggap part sebagai alat musik!” Ryeo menyambar tasnya. “Sudahlah, biarkan saja dia masuk. Lagipula lombanya dua bulan lagi” Tiba-tiba seorang murid berdiri di ambang pintu. “Dua bulan lagi? Ah masih lama..” Suci tersenyum. Ryeo langsung mendelik kesal ke arahnya. “Tapi Sunbae..” “Kita juga kekurangan anggota kan? Biarkan saja dia masuk. Kau bisa mengajarinya” Orang yang dipanggil Sunbae oleh Ryeo meninggalkan mereka. “Tuh! Dengar kata Sunbae!” Suci tertawa bangga. Ryeo mendengus pelan lalu berjalan menjauh. “Tunggu aku disini besok saat istirahat makan siang!” **** Suci memainkan jari-jari tangannya dengan semangat. Ia duduk di atas piano sambil menggoyangkan kaki. “ASTAGA!! CEPAT TURUN DARI SANA! ITU PROPERTI SEKOLAH SEHARGA 350.000 MANWON!” Ryeo berlari mendorong Suci turun dari piano. Suci terduduk di lantai. Wajahnya memanas lagi. “PELAN SEDIKIT KENAPA SIH?! AKU INI KAN WANITA!” Ryeo mecibir lalu duduk di kursi piano. “Kau mau memainkan apa?” Suci memandang sekeliling ruangan musik dan matanya terpaku pada terompet di sudut ruangan. “Itu” Katanya sambil menunjuk sebuah terompet yang berkilau. Ryeo tertawa keras. “Kau mau main itu? Yang benar saja! Kalau kau memainkannya, bisa-bisa runtuh dunia!” Suci menahan kesabaran untuk tidak menjitak cowok di depan piano itu. Ryeo menjadi tidak enak hati melihat Suci yang terdiam dengan wajah semerah kepiting rebus. “Baiklah” Ryeo berdiri lalu berjalan melewati sebuah pintu di bagian belakang dan kembali dengan sebuah kotak hitam. Dibukanya kotak beludru itu dan memperlihatkan sebuah terompet yang masih terbaring dengan ikatan segelnya. “Ini yang akan kau mainkan” “Wah! Tombolnya sedikit! Sebentar saja belajarnya!” Suci membuka segel dan mengangkat terompetnya dengan semangat. “Sebentar? Tidak, Nona Sok Pintar. Kau kira berapa lama belajar terompet?” Ryeo tersenyum mengejek. “Seminggu? Aku pasti bisa menguasainya dalam seminggu” Ucap Suci pasti. “Baiklah, kita lihat selama seminggu. Kalau lewat batas itu, kau tidak akan ikut lomba ataupun klub ini!” Tantang Ryeo. **** Sudah lewat tiga hari Suci belajar memainkan terompet. Setiap hari ia berlatih dengan semangat. Setiap hari juga Suci diam-diam menonton Ryeo memainkan piano yang sama. Entah mengapa, sebuah perasaan selalu menyerbu masuk tiap kali ia melihat Ryeo. **** “Sudah kubilang itu tatatakkatatakka! Bukan takkatatakka!” Bentak Ryeo ketika Suci salah memainkan nada. “Bukannya sudah takkatatakka?! Ih! Aku tidak mengerti! Vivace, pipa B, pipa ES dan lainnya! Tadi kan sudah takkatatakka!” Suci merengut. Ryeo menggelengkan kepalanya gelisah. “Uuuhh.. Kau ini ngotot sekali sih! Sini!”. Ryeo menarik Suci berdiri dan menjentik jari-jari tangan gadis itu dengan jemarinya. “Sudah tahu?” Tanya Ryeo. Suci menggeleng gugup. Jari-jari Ryeo menjentik jari-jarinya lagi berulang kali. Jantung Suci serasa hampir menyeruak keluar ketika jari-jari Ryeo yang panjang menyentuhnya. “Oh! Aku mengerti!” Kali ini Suci yang menjentikkan jarinya ke jari Ryeo. “Ya, betul seperti itu! Ayo cepat mainkan sebelum kau lupa!” Pekik Ryeo kesenangan. Suci memainkan terompet yang dipegangnya sesuai jentikan. Ryeo memandangnya dengan mata membulat. “Aku sudah bisa semua, tapi bagian ini susah sekali..” Suci membalik buku paranada di atas partiturnya. “Bagian itu” Ryeo ikut melihat, “Mainkan saja 40 sampai 50 kali. Pasti kau bisa” “Maaf? 40 sampai 50 kali?” Suci melipat dahinya. Ryeo mengangguk pasti, membuat gadis itu hampir menendang partitur dan mencabik buku paranada dengan giginya. Kibum, salah satu anggota klub musik, masuk dan tertawa saat melihat Suci yang menganga. “Hei, Ryeo. Ini lagu yang akan dia mainkan” Kibum menyerahkan sebuah buku ke tangan Ryeo. “Gomawo” Ryeo membaca barisan not di halaman pertama buku itu. Kibum bersuara lagi, “Besok batas terakhir tantanganmu kan? Sudah seminggu ya” “Ya” Suci tertegun. Besok?! Kenapa cepat sekali?! Ia langsung terduduk lemas. Kibum berjalan keluar. “Eh, kau kenapa?” **** Suci berjalan memasuki sekolahnya dengan muram. Kotak terompet di sisi tubuhnya berayun pelan. “Annyeong hashimnikka! Hari yang cerah ya!” Sapa seorang temannya. “Yaaa… Hari yang ceraahh…” Sapa Suci dengan suara seperti gumaman. “Ada apa? Bukankah hari ini tes musikmu? Cerahkan wajahmu. Seram sekali..” Kata temannya menyemangati. “Yuri ne.. Ada satu bagian yang tidak bisa kumainkan..” Jelas Suci. Diam-diam Ryeo mendengar dari balik pilar koridor. Cowok itu memandang Suci penuh arti lalu melangkahkan kakinya. **** “Baiklah! Aku siap! Ayo mulai!” Suci sudah hampir meniup terompetnya ketika Ryeo menahan. “Tidak usah. Ini bagianmu saat lomba” Ryeo menyodorkan sebuah buku. Suci memandang Ryeo bingung. “Kenapa?” “Tantangan ini bukan apa-apa. Hanya untuk mengetesmu saja. Soalnya banyak anak yang masuk ke klub ini dan langsung keluar ketika diajari sepertimu. Kau tetap akan jadi anggota dan ikut lomba kok” “T-t-tapi.. Kalau aku bisa memainkan semuanya..” “Sudahlah, ini bukumu” Suci menggeleng tidak percaya. Napasnya memburu dan pandangannya nanar karena air mata. Diremasnya kuat-kuat terompet ditangannya. “Jadi kau pikir aku tidak bisa, hah?! Aku sama dengan mereka?! Lalu untuk apa aku belajar memainkan ini dengan serius?! Kalau begitu belajarnya santai saja! Kenapa percaya denganku itu susah sekali?!” Suci berlari pergi. “Hei!” Teriak Ryeo serak. **** Suci berjalan menaiki tangga atap dengan lemas. Telapak tangannya terasa panas karena membawa terompet kemana-mana. Dibukanya pintu atap dan mendengar suara alunan terompet. Seperti dihipnotis lagi, ia mengikuti suara itu. Betapa terkejutnya Suci ketika melihat Ryeo yang berdiri membelakanginya dengan terompet ditangannya. Ryeo berbalik ketika mendengar suara gemerisik dari belakangnya dan tersenyum ketika melihat Suci. “Hai” Sapanya. Suci mengangguk. “Ngh.. Kau masih marah padaku? Mianhe.. Aku tidak tahu kau akan begitu marah.. Aku tidak ada maksud apa-apa.. Hanya saja, kau kan belum bisa memainkan satu bagian. Kalau kau tetap memainkannya, sama saja itu seperti memainkan dengan terpaksa kan?” Ujar Ryeo lirih. Suci menggeleng. “Aku tidak marah. Tidak marah lagi”. Ryeo tersenyum. Jantung Suci berdegup tidak karuan. Perasaan ini harus cepat-cepat kukatakan! Kalau tidak, beberapa detk lagi jantungku akan merayap lewat kepalaku! Teriak Suci dalam hati. “Ryeo, ma..” “Maukah kau jadi pacarku?” Suci terdiam, tidak percaya apa yang dikatakan cowok di depannya. “Jangan memandangku seperti itu, aku juga punya rasa sayang tahu!” Ryeo menunduk malu. “Tapi.. Kenapa?” Tanya Suci linglung. “Kau ini, kenapa-kenapa-kenapa. Aku suka padamu karena teriakanmu itu, saat marah-marah kau manis sekali. Ummhh.. Jadi jawabannya?” Wajah Suci langsung bersemu. Pertanyaan Ryeo langsung dijawab dengan pelukan erat Suci. Ryeo tersenyum lega dan membalas pelukannya. “Mau coba mainkan lagu yang kumainkan di piano saat kau pertama kali bertemu denganku?” Tawar Ryeo. “Aku tidak tahu nadanya” Suci mengangkat bahunya. Ryeo tersenyum makin lebar.”Tidak perlu. Kau tahu tonguing-nya kan? Biar aku yang memainkan melodinya” Ryeo langsung berdiri di belakang Suci. Mendayu sebuah lagu lembut. Walaupun ketukan dan irama mereka tidak sama, tetapi hati pasangan baru itu sama-sama berbunga. Suara itu mengalun lantang memenuhi atap. Setelah menyelesaikan duet itu, mereka tersenyum satu sama lain. “Apa judul lagu yang kita mainkan tadi? Kita jadikan lagu jadian kita saja” Suci tertawa polos. Ryeo merangkul Suci dan ikut tertawa.”Golden March” “Golden March? Nanti tidak akan jadi suara emas lagi kalau kita berdua yang memainkannya seperti tadi. Bisa rusak telinga orang” Ryeo tertawa, membereskan semua alat musik mereka dan merangkul Suci sambil berjalan turun dari atap. “Apapun denganmu akan jadi suara yang merdu” I-C-H-A @ Minggu, 01 Agustus 2010 06.26 |
||